Hidup adalah anugerah yang harus dijalani
oleh setiap insan yang dilahirkan kedunia ini karena hidup adalah takdir dan
sebuah proses yang wajib dijalani.Untuk mencapai kesuksesan dalam hidup
tidaklah mudah,setiap insan manusia pasti memiliki tujuan dan arah hidup
masing-masing. Rintangan dan cobaanpun terus mewarnai apapun dan bagaimanapun
kondisinya. Tidak terkecuali insan manusia yang bernama “pria”.
Dia adalah seorang pria kelahiran ranah minang Sumatera Barat yang hidup di Ibukota
provinsi ini. Tumbuh besar dari kecil hingga menjelma menjadi seorang lelaki
dewasa sampai sekarang sangat tidaklah
mudah baginya.Padang yang begitu sibuk dari hari-kehari dan
kesemerawutan kota dengan segala kebisingan
sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Dan apalagi kota ini sedang menuju
proses menjadi kota metropolitan( yah,anggap saja begitu). Terlahir menjadi
anak pertama dari dua bersaudara tentunya adalah sebuah keluarga
kecil,sederhana dan menjadi keluarga
idaman adalah sebuah cita-cita dan kehidupan yang paling diinginkannya.
Ketika proses menuju sebuah kehidupan
yang baru saja lepas dari masa remaja adalah hal tersulit yang pernah dilalui.
Karena ketika tubuh ini trus tumbuh dan berkembang seiring jalan dan
bergulirnya waktu membuat goncangan dalam tubuh terasa berarti karena proses
itu adalah puncak dari kematangan jiwa yang baru saja lepas dari masa remaja.
Hidup memikirkan masa depan yang dituntut oleh
keluarga menjadi motivasi terbesar yang ada untuk meraih mimpi kesuksesan yang
diinginkan. Tapi saat proses itu berjalan dan berlangsung,apa daya tubuh yang
tadinya kekar dengan derasnyanya aliran darah di dalam tubuh menjadi tidak
berarti ketika problema hidup satu persatu mulai menghampirinya. Apa daya
ketika tangan hendak menggapai namun tak terangkatkan dan ketika kaki melangkah
namun tak terpijakkan dan ketika mata menatap tertundukkan dengan dengan
derasnya arus Ombak sejuta problema.
Sang pria bertanya dan menyesali yang
terjadi pada dirinya tentang apa yang terjadi sesunggunya,”Mengapa derasnya arus pombak sejuta problema”
yang meninggalkan jejak-jejak kasus dan persoalan yang belum terselesaikan. Ada
apa sesungguhnya?.Namun sang tubuh sama sekali tak dapat memberikan jawaban.
Mata sang pria tak lagi bersinar layaknya
sang mentari yang selalu meberikan kehangatan kepada dunia beserta isinya.
Tangannyapun tak dapat lagi menggapai buah jeruk yang manis tergantung di pohon
didepan rumah,kakinya juga berat untuk melangkah dan meniti indahnya jalan
dipantai nirwana. Tubuh terasa kaku dan lemas saat semua kenikmatan tiada tara
tadi di hancurkan oleh derasnya ombak sejuta problema.
Ujian kehidupan
yang berat untuk dijalani,waktu terus
berjalan dan bergulir tanpa henti dan meninggalkan goresan-goresan tinta
yang terus berwarna setiap detiknya.
Pria juga manusia,mungkin itu kata yang
paling tepat untuk melihat sosoknya saat ini. Sebaik-baik harapan dan Keinginan
adalah kepada Tuhan semata Hanya
kepada-NYA tempat memohon dan berharap, dan hanya kepada-NYA tempat sebaik-baiknya kita dan pria akan kembali. Semua dalam genggaman
Yang Maha Kuasa. Harapan dan do’a dari hati yang terdalam tak pernah pupus
terucap dan mengalir dari mulut dan setiap hembusan nafasnya.Walau bagaimanapun
waktu akan terus berjalan tiada henti. Tetap dalam kondisi ini atau melangkah
kedepan adalah sebuah keputusan yang harus diambil karena sesungguhnya harapan
itu masih ada. Karena sesungguhnya harapan itu masih ada dan terus ada.
Kuncinya hanya sebuah keyakinan,yakin terhadap kemampuan diri untuk melewati
kondisi ini dan yakin bahwa kita selalu dalam perlindungan dan pengawasan dari
Yang Maha Kuasa dan DIA selalu bersama hambanya.
Cerita Sang Pria 31 Desmber 2011.